Jumat, 09 Oktober 2015

Curhatnya Sarjana yang Jadi Bakulan Kue

Sarjana.. satu kata yang pernah aku perjuangkan amat sangat. Untuk apa? untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik tentunya. Lalu? sekarang setelah didapat, apa benar lebih baik? Belum, masih diperjuangkan lagi ~

Aku bukan seorang sarjana yang kemudian berlomba untuk menjadi guru di sekolah negeri atau pun menjadi pegawai di sebuah perusahaan elit. Ya memang awalnya sih begitu, ingin jadi pegawai bank. Pertama kali mencoba, gagal. Gagal karena ditikung orang yang sejak tahapan petama tes tak pernah sama sekali terlihat batang hidungnya, tiba-tiba saja muncul pada tes tahap akhir. Haha.. mengerti maksudku? Aku yang sudah di'salami' dan dikatakan mulai bekerja tanggal 1, nyatanya tak pernah dipanggil lagi untuk taken kontrak. Kan lucu ya? :)

Akhirnya banting stir menjadi seorang pegawai di perusahaan provider kenamaan di Indonesia. Sayangnya hanya sebagai pegawai outsourcing. Ya, menurutku apa yang mau dikejar disana? akan selamanya statusku menjadi pegawai outsourcing. Bekerja mati-matian memberikan yang terbaik pun tak akan menjadikanmu mendapat promosi jabatan atau apapun yang menunjang karirmu disana. Baiklah. Aku memutuskan untuk resign.

Setelah itu aku sempat melamar ke beberapa perusahaan tapi berkali-kali juga gugur di tahap akhir. Greget sekali rasanya, sedikiiiitttt lagi. Lelah? dikatakan lelah ya mungkin lelah. Aku berhenti melamar pekerjaan untuk beberapa saat dan menjadi seorang bakul kue untuk mengisi waktu luang yang amat luang saat itu. Dari seminggu yang hanya satu kue ulang tahun, kemudian jadi 2, 3, ditambah snack box, ini, dan itu. Alhamdulillah ternyata berkembang sedikit demi sedikit. Waahh lumayan ini, jadi hobi yang menghasilkan. Hobi yang tadinya hanya pekerjaan sampinganku, aku putuskan untuk di'seriusi' saja. Suatu pekerjaan apabila kita anggap sampingan maka akan selamanya menjadi sampingan. Sejak itu aku benar-benar berhenti melamar pekerjaan dan mulai menjadi chef di dapurku sendiri, merangkap menjadi marketing, sekaligus kurirnya.

Berjuang dari NOL. Itu yang aku lakukan saat ini. Berjuang dengan modal pas-pasan, hanya mengandalkan tekad yang juga masih turun naik. Satu persatu customer berdatangan sampai akhirnya aku tak sempat menjadi kurir lagi, karena pekerjaan menjadi chefnya tak bisa ditinggal. Yasudah, customer mau tidak mau datang mengambil kuenya sendiri ke rumahku dan ternyata mereka tidak keberatan. Ya daripada menggunakan jasa kurir yang juga belum tentu amanah, belum tentu sampai dengan selamat juga di customer. Mencari aman saja, betul? diambil sendiri.

Tapi kenyataan tak semulus itu. Banyak duka yang harus aku alami dalam profesiku sebagai bakul kue ini. Dari customer yang soleh, baik hati, mengerti, yang kritis, yang tidak percayaan, sampai customer yang maunya selalu diskonan. Ya. Ada customer yang memang paham dengan harga-harga di pasaran tentu tidak akan keberatan membeli kue di bakulanku, karena memang harga kue yang aku bandrol dibawah harga pasaran. Maksudnya di bawah ini untuk yang satu kualitas ya, kualitas PREMIUM.  Iya memang wajar sih jika customer mebanding-bandingkan harga dengan penjual yang lain, aku juga sering membandingkan mana yang lebih worth to buy kalau belanja. Tapi kalau sudah aku hitung, tetap saja hitungan harga jualku lebih mahal dari harga penjual kue di sekitar. Aku bisa apa? Kan resep yang kita pakai juga berbeda. Semua penjual punya resep sendiri-sendiri walaupun produk yang dijual sama. Kembali lagi, itu hak mereka memutuskan akan membeli atau tidak.

Ada pula customer yang baru mau beli pertama kali sudah minta diskon, ya mendinglah kalau beli banyak. Ini udahlah beli satu, minta diskon pula. OMG!
Okay. Untuk memperlancar gerbang usahaku, bolehlah mereka dapat diskon beberapa rupiah dari harga aslinya. Nah loh tapi dipikir-pikir mana laba untukku? sedikit sekali, tak sebanding dengan effort yang aku keluarkan. Belum lagi jika ada calon customer yang dapat info dari si customer yang dapet diskon itu. Diapun jadi maunya harga diskonan itu. Semua customer harga diskonan? Mati gue!! Akhirnya ada beberapa calon customer yang gak jadi order karena harganya ga dikasih diskon. Nah kan, hasilnya seorang diberi diskon, yang lain juga minta diskon. :(

Ada juga customer yang sudah dikasih diskon, eh banyak maunya pula. Misalkan, harga sacher cake dengan topping fresh fruit itu aku bandrol Rp. 230.000 untuk diameter 20 cm. Dia menawar agar harga segitu dapat yg 22 cm. Baiklah dengan berat hati, berharap kedepannya dia jadi customer tetapku ya okelah tak apa. Deal dengan harga tersebut untuk diameter cake 22 cm. beberapa hari kemudian dia menghubungi lagi, minta pinggiran cakenya tak ingin polos, ingin dipenuhi dengan kacang almond.
Aku bilang, "kalau begitu tambah harga ya Mba?".
Dia jawab, "Lah kan kemarin sudah deal 230rb".
"iya, tapi kan itu hanya dengan topping fresh fruitnya saja. 3 macam buah."
"Ya ketimbang tambah almond aja biar lucu pinggirannya gak polos"
"Mba almondnya saja sekarang perkilonya sudah lebih dari 120ribu rupiah. Saya tidak ambil keuntungan banyak kok mbak dengan harga segitu. Maaf saja jika memang ingin ditambah almond dengan harga tetap saya tidak bisa buatkan mba." Saking keselnya aku saat itu sama si mbaknya :(
"yasudah nanti dipikir-pikir lagi!" kata mbaknya, ketus.
akhirnya aku tidak membuatkan kue itu, lah (maaf) pikirannya ditaro dimana itu si mbak. Ga punya perhitungan atau gak punya perasaan? hiks. Tak apa, si mbak itu bukan rezeki ku, masih banyak pintu rezeki yang lain. Daripada makan hati ya ngga?

Dan lagi, ada juga customer yang order dari jauh-jauh hari. Tanya ini itu, bilang inginnya begini begitu. Sudah sepakat dengan harganya. Eh ternyata tak pernah ada kabar lagi sampai harinya tiba. Dia tidak memikirkan bahwa hari itu aku sudah meluangkan waktu untuknya, menolak order untuk hari itu karena sudah masuk order dari dia itu.

Banyak aku jumpai customer seperti itu, sampai ada yang bilang "Hah? Cupcake gitu harganya segitu?"
Lah dia aku jelaskan bahan-bahannya saja tidak mengerti. Apa itu butter, apa ini, itu, dan lain sebagainya. Ingin nangis guling-guling rasanya :'(

Kemudian banyak juga yang minta harga temen. Kalo lagi sabar-sabarnya ya kadang aku kasih diskon untuk temen deket, atau aku bilang "itu udah murah ko dibanding yang lain, sebanding juga sama kualitasnya". Tapi kalo sudah jengkel aku jawab saja, "Ntar ya aku kasih harga temen, kalo aku udah temenan sama cici penjual bahan kuenya yaa.. siapa tau dia juga ngasih aku harga temen!". (seharusnya aku tidak boleh begitu sih hihi)

Barangkali yang terlintas oleh mereka hanya perkara membeli KUE. Mereka tak sadar dibalik sebuah kue itu ada waktu yang dikorbankan, ada pikiran, usaha, dan ilmu yang tak didapat dengan instan. Janganlah sampai kesana, untuk gas, listrik, air, sabun, dan kemasan pun barangkali mereka tak memperhitungkan. Saat banyak mendapat customer seperti itulah saat-saat dimana rasanya aku ingin menangis, ingin menyerah dan kembali mencari status 'pegawai'. Tapi jika begitu, berarti aku kalah dengan mereka, aku tak bisa membuktikan bahwa aku bisa, bahwa aku layak, dan kue ku memang punya kualitas. Bukan kue harga 'lower' yang seperti spons dan kemudian harus didorong air untuk bisa lewati tenggorokan. BUKAN, sungguh BUKAN. Sebisa mungkin kue yang ku buat diminimalisir penggunaan bahan kimianya, menghindari bahan-bahan yang tidak halal, dan menggunakan bahan-bahan kualitas premium agar enak rasanya, cantik juga penampilannya.

Saat sudah down dengan para customer semacam yang aku ceritakan tadi itu, tahu apa yang membuatku terhibur kembali? mau berjuang kembali?
Mereka, para customer yang mengerti, yang tak banyak minta ini itu. Yang justru berkata "Ah nggak akan banyak minta ini itu, gak akan minta diskon biar hasil kuenya juga maksimal. Silahkan saja sepantasnya, saya percaya sama mbak."
Aaaaahhh rasanya ingin memeluk customer begini satu persatu, terimakasih banyaaaakkkk. Huhu terharu. Semoga Allah memudahkan rezeki kalian customer kesayanganku.

Andai semua customer bisa mengerti seperti itu, mungkin indah ya rasanya. Akan sangat menyenangkan berprofesi sebagai seorang bakul kue. Kenyataannya ada banyak karakteristik customer yang kalau aku ceritakan satu-satu bisa berratus-ratus halaman sepertinya. Hidup tak pernah terlepas dari halangan dan rintangan, siapa yang bisa menaklukannya dialah yang akan menang. Aku harus menang, aku harus sampai di puncak. Mewujudkan keinginanku untuk punya toko kue besar yang setiap harinya orang-orang datang membeli dan sangat menggemari produk-produk di tokoku tanpa rewel minta diskon. Hihihiii..

Memang saat ini aku bukan siapa-siapa. Aku tak seperti sebayaku yang terlihat keren dengan seragam perusahaannya, tidak terlihat sibuk dengan kegiatan ini dan itu, tidak punya tanggal yang ditunggu-tunggu setiap bulannya. Tapi jika tak begini, kapan aku bisa mewujudkan inginku itu? merangkak saja, tak apa, tak usah malu, walaupun penghasilan tiap bulan tak menentu, kadang sedikit, kadang justru bisa melebihi mereka. Disyukuri saja. Hasil tidak pernah mengkhianati prosesnya kok :)

Kalau sekarang orang di sekitarku banyak yang bertanya, "di rumah aja nih? Gak kerja? Gak lamar-lamar? Gak laku kerja?". Aku beri senyum sajalah, walau sebenarnya kata-kata seperti itu sungguh menyayat hati. Tapi aku pasti sampai pada mimpiku, aku pasti bisa sukses di jalanku, kalian hanya perlu menunggu. Okay?

Hidup bakul kue!!! :D