Jumat, 24 Oktober 2014

Today Wasn't Fairy Tale

Terlalu sadar aku saat ini, bahwa segala sesuatu yang ku yakini dari dongeng yang pernah aku dapati sejak kecil tak pernah sama dengan kehidupan nyata. Ya, sama sekali.

Dongeng itu terlalu sederhana, mudah diterka, dan akrab dengan kalimat "happy ending". Tidak begitu yang aku temukan dalam kehidupan sebenarnya, hidup itu terlalu palsu, sulit diterka, dan lebih akrab dengan kalimat "semua akan indah pada waktu yang tepat" tanpa kita tahu kapan, bagaimana, bahkan dengan siapa. Iya, semua rahasia Allah SWT yang Maha Mengetahui.

Teringat pada satu quote dari penyanyi kesukaanku, Taylor Swift.
 "When I was a little girl, I used to read fairy tales. In fairy tales you meet prince charming and he's everything you ever wanted. In Fairy tales the bad guy is very easy to spot. The bad guy is always wearing a black cape so you always know who he is. Then you grow up and you realize that prince charming is not as easy to find as you thought. You realize that bad guy is not wearing a black cape and he's not easy to spot; he's really funny, and makes you laugh, and he has perfect hair."

Bukankah itu benar?

Sampai saat ini aku masih belum bisa membedakan. Apakah untuk tahu harus berani mencoba terlebih dahulu? Ada cara lain? Adakah garansi bahwa aku tak akan terluka jika kelak yang terlihat baik saat ini tidak akan menyakiti?

Rupanya ketakutan yang menggelayut di pelupuk mataku malah membuatku makin buta. Jika sudah begitu, lalu apa guna firasat? mengapa firasat yang ku punya masih saja salah? Bukan karena aku memilih seseorang yang tak baik, malah mungkin aku memilih yang terlampau baik. Tapi jika ia tak pernah se-yakin yang aku yakini lantas aku bisa apa?